Halaman

Kamis, 09 Juni 2011

GLOKALISASI

Ide globalisasi ditemukan dalam jurnal-jurnal bisnis pada akhir 1960-an dan awal 1970-an. Ide ini diyakini akan membawa manusia berada pada era di mana kehidupan sosial ditentukan oleh proses global, zaman di mana garis-garis batas budaya nasional, ekonomi nasional dan wilayah nasional semakin tidak ada.Globalisasi memang sangat erat kaitannya dengan ekonomi internasional, yang memberi pengaruh besar pada kebudayaan dan gaya hidup. Salah satu konsep yang turut berkembang bersama globalisasi adalah glokalisasi.
Sederhananya, glokalisasi adalah penyesuaian produk global dengan karakter pasar (lokal). Jadi, glokalisasi menjadi strategi yang muncul sebagai kritik terhadap konsep perdagangan bebas neoklasik, yang tidak lagi menspesialisasikan sebuah negara dalam satu produk sesuai dengan potensinya. Karena itu para produsen mengkondisikan sebuah negara (pasar) agar berada dalam satu latar belakang sosial-budaya yang sama dengan negara yang lain. Misalnya, Coca-cola atau McDonald menggunakan artis lokal seperti Sheila on 7, Padi, Jamrud dan Krisdayanti sebagai bintang iklan untuk mendekati pasarnya di Indonesia
Di ranah kajian budaya glokalisasi berarti munculnya intepretasi produk-produk global dalam konteks lokal yang dilakukan oleh masyarakat dalam berbagai wilayah budaya. Interpretasi lokal masyarakat tersebut kemudian juga membuka kemungkinan adanya pergesaran makna atas nilai budaya dari satu tempat ke tempat lain. Contoh yang paling gampang adalah, bagaimana restoran siap saji di Amerika atau Eropa masuk dalam golongan restoran junk-food yang dikonsumsi oleh kelas pekerja atau pelajar, di Indonesia hadir sebagai tempat yang elit dan eksklusif. Itu artinya, ada interpretasi dan cara pandang berbeda dari masyarakar Indonesia dan Amerika/Eropa dalam mengkonsumsi makanan siap saji.
Salah satu medium yang digunakan dalam proses glokalisasi adalah bahasa. Bahasa mampu mendekatkan emosi hingga produk global terasa lokal. Sebuah tayangan telenovela Amerika latin yang membuat ibu-ibu Indonesia setia menonton tidak berarti para ibu itu tertarik dengan budaya Amerika Latin. Tetapi sebenarnya sebagian besar telenovela itu mengandalkan konflik keseharian manusia, dari perebutan warisan, perselingkuhan, hingga persaingan bisnis.
Tahun 1996 pemerintah Indonesia pernah mengeluarkan peraturan agar meng-Indonesiakan istilah-istilah asing. Coca-cola, misalnya, harus mengubah slogan Always, menjadi Selalu. Atau film-film berbahasa asing harus didubbing ke dalam bahasa Indonesia. Ini justru mempercepat sosialisasi produk global di pasar Indonesia. McDonald pernah mengeluarkan produk-produk yang nuansa lokalnya sangat kental, misalnya McSatay, McRendang atau Bubur Ayam McD
Mereka mengembangkan dan menerapkan sebuah model baru, ‘global reverse innovation’ untuk mengembangkan produk inovatif baru, berbenturan dengan strategi ‘glocalization’ yang telah mereka lakukan.  Saya berharap setelah membaca resume di bawah ini Anda bisa mengerti mengapa saya percaya bahwa negara-negara seperti China, India dan Indonesia akan memainkan peran yang penting dalam proses pengembangan inovasi berkelas dunia.
Ulasan kali ini menjelaskan pendekatan model ‘glocalization - glokalisasi’ (bukan globalisasi), sebuah pendekatan yang dilakukan oleh banyak perusahaan manufaktur produk-industri di negara-negara maju selama beberapa dekade. Dengan glokalisasi, banyak perusahaan yang mengembangkan produk inovatif di negara asal, dan kemudian mendistribusikannya ke seluruh dunia dengan adaptasi dan modifikasi lokal di negara yang dituju. Pendekatan ini berjalan dengan baik bagi perusahaan di negara-negara maju di mana negara lain tidak memiliki banyak pilihan. Era tersebut kini mulai berubah, dikarenakan perkembangan yang cepat di negara-negara seperti China dan India dan melemahnya perkembangan di negara-negara maju.
Glokalisasi terbukti berhasil dan masuk akal bagi banyak perusahaan multinasional  yang puas dengan tingkat perkembangan 15%-20%. Ketika Jeff Immelt menjadi CEO GE di September 2001, dia menerapkan target : meningkatkan percepatan perkembangan organis di perusahaan dan mengurangi ketergantungan dari akuisisi dari inovasi. Mereka mulai mempertanyakan strategi glokalisasi yang tidak mampu mempenetrasi bagian permukaan dari pasar di negara-negara ‘emerging’. Bagi GE dan perusahaan multinasional lainnya untuk masuk ke pasar domestik di negara seperti China dan India, mereka harus mengembangkan produk inovatif baru yang sesuai kebutuhan dan anggaran dari pelanggan di pasar tersebut. Sadar akan hal ini eksekutif GE mempertanyakan dua asumsi dasar dari glokalisasi:
Asumsi 1: Secara garis besar ekonomi negara ‘emerging’ akan berevolusi seperti yang dilakukan negara maju. Kenyataannya adalah, negara berkembang tidak mengikuti pola dan jalur yang sama, dan bahkan mampu melompat melampaui negara maju karena mereka lebih mau mengadopsi inovasi terobosan.
Asumsi 2: Produk yang dikembangkan bagi negara berkembang, tidak bisa dijual di negara maju karena tidak cukup baik untuk berkompentisi di sana. Kenyataannya adalah, produk-produk ini menciptakan pangsa pasar baru di negara maju – dengan secara dramatis mengurangi level harga dan menjadi pionir untuk aplikasi-aplikasi baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar